Running Text

ASURANSI GENERALI INDONESIA MEMBERIKAN 2 PERLINDUNGAN SEKALIGUS YAITU PERLINDUNGAN KESEHATAN SEKALIGUS PERLINDUNGAN INVESTASI DARI KRISIS EKONOMI

Kamis, 10 Juli 2014

Selain Membantu Orang Beransuransi, Bisnis Asuransi Juga Ok

Di samping niat baik untuk menolong orang yang kesusahan, berbagai bonus dan komisi yang menjanjikan dari menjadi seorang agen asuransi itu sempat melambungkan impian Mamiek, sebut saja demikian namanya.
Dibandingkan penghasilannya ketika masih menjadi salah satu staf di sebuah perusahaan media cetak yang baru di Jakarta, tentunya mimpi menjadi ‘jutawan’ mendadak ini sangatlah menggiurkan.

Meskipun tidak mempunyai gaji, dia tergiur oleh jam kerja yang fleksibel dan pastinya pendapatan yang tak terbatas! Mungkinkah demikian? Menurut Mamiek yang menjadi Unit Manager asuransi Prudential sejak dua tahun lalu, pendapatan komisi bisa mencapai 30% dari total premi yang dibayarkan nasabah selama dua tahun, lalu selama tiga tahun akan mendapat komisi 5%.

Ini masih belum ditambah bonus tahunan sebesar 12%! Wow! Sebagai seorang Unit Manager, dia pun masih bisa menerima komisi tapi sifatnya off-raging.
Jadi tidak heran jika ada seorang agen yang bisa mencapai penghasilan Rp100 juta per bulan dan itu bisa dicapai dalam lima tahun. “Pendapatan ini pun masih bisa terus naik. Bahkan ada agen yang bisa mencatat rekor pendapatan Rp2 miliar per bulan,” tutur Mamiek.
Tentunya bagi Mamiek, masalah pendapatan yang tak terbatas ini merupakan salah satu faktor penyemangat di samping dia juga merasakan bonus yang sifatnya non-materi, seperti penghargaan yang tiada henti bagi prestasi yang dicapai baik dari perusahaan di Indonesia maupun dari pusatnya di luar negeri.

Komisi dan bonus bertaburan sehingga membangkitkan semangat sang agen untuk meraih pendapatan yang lebih dan lebih lagi. Meskipun di perusahaan asuransi ini, komisi yang diterima berbeda-beda untuk tiap produknya. Secara rata-rata, untuk agen yang produktif alias rajin menjual produk asuransinya, bisa mendapat komisi Rp2 juta sedangkan untuk agen top bisa mendapat komisi di atas Rp20 juta.

Kompensasi penjualan yang bakal diterima sang agen berupa komisi dan bonus uang bila sang agen mampu menembus target rata-rata yang ditetapkan perusahaan. Selain itu ia juga bisa menikmati komisi dari hasil penjualannya pada tahun-tahun berikutnya.

Bonus lain yang bakal diterima bagi agen juga termasuk perlindungan kesehatan setelah bergabung selama dua bulan. Masa tua pun terjamin dengan nilai pensiun ratusan juta rupiah karena selama bekerja perusahaan ikut mensubsidi 5% di samping iuran dari karyawan itu sendiri sebesar 5%.

“Kalau ditanya pekerjaan apa yang pendapatannya tetap bertahan di saat krisis, ya asuransi,” ujar seorang agen.
Masalahnya, pekerjaan yang satu ini kadung diberi persepsi negatif sehingga ‘wibawa’nya kian luntur. Padahal, dari sisi besaran komisi sangat menjanjikan dan apa yang didapat beserta fasilitas yang diberikan bisa melebihi penghasilan seorang manajer.

Komisi agen asuransi sebenarnya bergantung pada berapa keras usaha mereka untuk merangkul banyak klien dalam mengambil premi asuransi. Pola payment seperti ini, komisi plus bonus-bonus lainnya, berbeda sekali dengan patokan gaji pokok yang biasa diterima pegawai kantoran.
Oleh sebab itu, seorang agen harus dibekali amunisi berisi kesabaran, semangat kerja keras, loyalitas, jujur, dan pantang menyerah agar mampu memberikan pemahaman-bukan hanya informasi-yang baik kepada klien mengenai asuransi.

Bila berhasil, komisi dan sederet ‘penghargaan’ lainnya sudah menanti untuk dinikmati. Kalau bonus uang mungkin sudah tidak asing seorang agen bisa jalan-jalan ke luar negeri, atau keliling dunia.

Senin, 07 Juli 2014

Perlindungan Terhadap Resiko Hidup

Andai kutahu, Kapan tiba ajalku, Ku akan memohon,
Tuhan tolong panjangkan umurku…….(Ungu Band)

Lirik lagu yang sangat bagus sekali dari Ungu Band, patut untuk kita jadikan bahan perenungan. Tidak seorang pun dari kita tahu kapan habis masa kita di dunia yang fana ini. Bisa tahun depan, bulan depan, bulan ini, minggu ini atau bahkan beberapa menit lagi. Bisa karena apa saja, bisa sakit, jatuh, kecelakaan dll.

Seorang teman mengatakan “Begitu kita menginjakkan kaki ke pesawat, kita harus siap untuk mati”. Tidak, tidak harus pesawat. Beberapa waktu lalu, KM. Senopati Nusantara tenggelam. Beberapa hari lalu, Kereta Api Bengawan, anjok di Banyumas. Semuanya menjadi sebab kematian. Dan baru saja kita melihat berita kecelakaan lalulintas saat mudik yang menyebabkan korban tewas atau luka-luka.
Lalu apa kita harus menghindar dari kendaraan-kendaraan itu atau saat lebaran kita tidak mudik?

Kematian itu rahasia Tuhan. Banyak jalan menuju kematian. Yang sedang diam di rumah pun bisa mati. Kita tak bisa menghindar dari kematian. Semua yang hidup pasti akan mati

Bersyukurlah kita karena kita tak pernah tahu kapan ajal akan tiba, dan dengan cara apa ajal akan menjemput kita. Seandainya setiap manusia sudah tahu kapan ajal akan tiba, atau akan seperti apa jalan hidupnya sampai ajal tiba, hidup akan membosankan dan monoton. Dan hanya akan dua tipe manusia di bumi ini: manusia tertawa dan manusia menangis. Yang jalan hidupnya indah akan tertawa sepanjang hidupnya, sedangkan yang pahit akan terus-terusan menangis dan meratap.

Namun karena justru ia adalah rahasia kepunyaan Sang Pemilik Hidup, kehidupan menjadi lebih penuh warna, memberi dinamika. Yang baru saja tertawa, tiba-tiba dipaksa atau terpaksa menangis. Dan sebaliknya. Karena manusia tidak pernah tahu rahasia yang satu ini, setiap orang dapat merencanakan hidupnya, bermimpi tentang kehidupan yang lebih baik, dan bercita-cita menjalani hidup sesuai pilihannya. Dan karena apa yang akan terjadi dalam perjalanan waktu ke depan bahkan untuk sedetik berikutnya bersifat tidak pasti, manusia sesungguhnya memerlukan suatu cara untuk mengurangi risiko atas ketidakpastian itu.

Misalnya ketika gambaran-gambaran hidup yang mereka susun menyimpang dari yang dibayangkan, dunia yang ingin mereka jalani berbeda antara harapan dan kenyataan, atau ketika Tuhan meminta kita “selesai”.

Namun, meski sebagian besar orang tahu bahwa ia harus mengurangi risiko itu, belum banyak orang yang bersedia berpikir ke arah sana. Atau kalaupun bersedia, belum tahu bagaimana caranya dan dengan apa. Di situlah peran utama ASURANSI. Masih sedikit orang yang “melek” terhadap asuransi, bahkan di kalangan yang sebenarnya memiliki kemampuan ekonomi untuk ikut dalam program perlindungan risiko tersebut. Bagi sebagian orang, asuransi dipandang kurang memberi manfaat karena biaya yang harus mereka keluarkan bisa mereka kelola sendiri dan berpotensi mendapatkan keuntungan lebih besar.

Sebagian lagi malah menganggap asuransi itu seperti judi. Padahal, perbedaannya sangat terang benderang. Dalam judi, orang dihadapkan pada satu dari dua kemungkinan, menang atau kalah. Untung atau rugi. Orang yang berjudi adalah orang yang mencari risiko dan mengambil risiko itu untuk dirinya.

Sementara orang yang berasuransi adalah orang yang menghindari risiko. Filosofi asuransi, berbeda dari judi. Filosofi asuransi adalah memberikan dukungan (finansial) tatkala seseorang atau lembaga mengalami kehilangan (barang, jasa, kesempatan, hingga nyawa) atau kerugian. Kalau judi bersifat menciptakan risiko dengan mencari keuntungan (dengan risiko yang sama besar akan mendapatkan kerugian), maka asuransi tidak bersifat mencari keuntungan (finansial) tetapi mengurangi dan menghindari risiko.

Mengapa risiko itu harus dihindari? Karena seperti bait lagu tadi, tahu kapan ajal tiba, atau kapan malang akan datang, hanyalah andai-andai…

Mari berasuransi , karena Asuransi adalah Mitra Anda Menuju Sejahtera

Mengapa Orang Cenderung Malas Bahas Asuransi

Selamat Siang Sahabat-sahabat semuannya, pada kali ini saya akan membahas tentang mengapa orang-orang cenderung malas untuk membahas masalah asuransi. Sesungguhnya mereka menghindari pembicaraan tentang asuransi karena berhubungan dengan hal-hal yang tidak mereka sukai. Wajar bukan? Jika kita- katakan- tidak suka dengan seorang artis, maka kita pasti enggan membicarakannya bukan. Mendengarkan namanya atau lagunya saja sudah mual rasanya perut ini hehehe… Kematian, kecelakaan, cacat dan sakit. Kata-kata yang semoga saja kita tidak pernah mengalaminya. Semua orang mungkin membenci keadaan tersebut.

Sayangnya dengan bersikap demikian berarti mereka menghindari sebuah bagian vital dari sebuah perencanaan keuangan. Semua orang pasti meninggal bukan, dan 80% orang meninggal pasti melewati masa-masa kritis. Kecelakaan yang menyebabkan kecacatan dapat terjadi kapan saja, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Banyak kasus bermunculan dimana keluarga ditinggalkan menderita bertahun-tahun akibat sang pencari nafkah meninggal.

Kenapa banyak sekali orang yang tidak percaya dengan Asuransi Jiwa?

Setiap orang ingin pergi ke surga, tapi tidak seorangpun yang ingin mati, hanya sebuah peribahasa. Sebagai orang yang beragama tentunya kita harus yakin dan ikhlas bahwa semua orang pasti meninggal, bukan?
 
Orang pasti akan percaya dengan asuransi jika dia percaya bahwa keluarganya akan menerima sejumlah uang di saat-saat kritis. Permasalahannya adalah untuk mendapatkan proteksi itu kita mesti mengeluarkan sejumlah uang. Dan kita tidak mendapatkan apapun di saat kita membayarkan premi. Beda dengan pakaian atau makanan yang dapat kita pakai atau makan sesaat kita bayarkan uangnya di kasir.

Jadi pada saat orang tidak ingin mengeluarkan sejumlah uang untuk proteksi (yang belum tentu terasa akibatnya secara langsung), pada saat itulah dia akan mengeluarkan alasan bahwa dia tidak percaya dengan asuransi. Ironis sekali, karena dia akan mengorbankan kelangsungan kesejahteraan keluarganya jika dia tenyata sudah tidak dapat menghasilkan karena sakit kritis, kecelakaan atau bahkan meninggal.
Kenapa banyak orang merasa tidak memiliki uang untuk asuransi jiwa?

Permasalahan uang disini sebenarnya bukan masalah memiliki atau tidak, melainkan apakah asuransi jiwa ditempatkan pada prioritas “belanja” atau tidak. Karena kompetisi dari produk atau investasi lainnya yang jelas lebih nyata akan membuat orang merasa asuransi bukan menjadi prioritas utama. Ini adalah prioritas utama yang “manfaat” belum akan Anda rasakan sekarang. Ingat pepatah lama : “jangan mulai menggali sumur ketika Anda sudah merasa haus, karena itu sudah menjadi sangat terlambat.”

Kenapa banyak orang ragu untuk mengasuransikan diri mereka?

Menunda memang karakter umum manusia. Dan kita tentu akan terus berusaha berpikir bahwa kita akan sehat selamanya. Pemikiran semacam itu yang akan mebawa orang untuk tetap mengulur-ulur waktu. Sampai pada waktunya kejadian yang mereka takutkan itu datang, sakit kritis misalnya, mereka baru akan bisa berpikir positif tentang asuransi.

Kenapa banyak orang merasa bahwa asuransi jiwa hanya bagi orang kaya saja?

Justru kemungkinan mereka yang tidak perlu lagi karena mereka sudah punya “sesuatu” yang diwariskan buat keluarganya jika si kepala kelaurga meninggal. Lalu bagaimana si “menengah”, jika untuk menyisihkan 10% dari penghasilan mereka saja sudah tidak sanggup, lalu bagaimana jika mereka kehilangan 100% dari pemasukan keluarga mereka?

“Penghasilan Anda dapat digunakan untuk membeli rumah baru apabila rumah Anda musnah ditelah api tanpa asuransi

“Pernghasilan Anda dapat dipergunakan untuk menggantikan mobil apabila mobil Anda dirusah tanpa asuransi”

“Dapatkah penghasilan Anda digantikan apabila Anda meninggal tanpa asuransi?”

HENDRA MAYU CIPTA
0823-6835-6676
GENERALI INDONESIA