Masih terdengar dalam benak Andi, apa asuransi itu? Mengapa
orang-orang begitu memandang penting asuransi ini? Mengapa orang-orang
di TV itu begitu menyesali karena tidak mempunyai asuransi kesehatan,
hingga saat masuk rumah sakit mereka tidak tahu apa yang harus mereka
lakukan karena ketiadaan biaya? Apa orang tua-nya juga mempunyai
asuransi kesehatan?
Ya, semua pertanyaan itu masih tersimpan dalam benak Andi. Anak usia 8 tahun, berulang dan terus berulang sejak dia menyaksikan tayangan berita TV. Pertanyaan yang dia ajukan pada ibunya tidak cukup memberinya jawaban.
Berita di TV itu memang cukup membuatnya berpikir, seorang anak seusianya harus dirawat di Rumah Sakit karena tidak bisa berjalan. Sakit kuning, liver, ginjalnya rusak, itu kata ibu Andi saat Andi bertanya tentang sakitnya anak tersebut. Anak itu hanya bisa terbaring dengan banyak selang menempel di tubuhnya, peralatan medis terus berada di sampingnya. Cuci darah, itu yang di katakan oleh orang di TV. Andi sendiri tidak tahu apa benar darah bisa di cuci, tapi kata ibunya itu sangatlah mahal. Namun dengan asuransi, biaya Rumah Sakit bisa di bebaskan. Pernyataan ini yang menjadi sumber keingin-tahuannya.
Ruang kelas itu sunyi, guru Bahasa Indonesia sedang menuliskan catatannya di papan tulis. Andi yang masih penasaran sama sekali tidak bisa fokus pada pelajaranya, tiba-tiba dia bertanya memecahkan kesunyian kelas.
“Bu guru” Andi berteriak sambil mengangkat tangan mencari perhatian.
Seketika bu Puti yang sedang menulis menoleh kebelakang, mencari sumber suara dan menemukan acungan tangan Andi.
“Ada apa?” Tanya bu Puti sambil berbalik.
“Apa asuransi itu?” Andi balik bertanya.
“Maksudnya?” Bu Puti mencoba menyimak pertanyaan Andi, ini bukan bahasan pelajaran kali ini yang sedang membahas kosa kata.
“Apa asuransi itu?” Ulang Andi. “Katanya biaya Rumah Sakit bisa bebas dengan asuransi.” lanjutnya.
Bu Puti yang tadi masih sedikit ragu dengan pertanyaan muridnya, sekarang sepenuhnya menyimak pertanyaan Andi. Sejenak dia berpikir, akankah menjawab pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Namun keingin-tahuan muridnya harus terjawab dengan benar.
“Asuransi itu jaminan kita” jawab bu Puti. “Asuransi itu menjamin kita saat kita sakit, kecelakaan, meninggal dunia dan lain-lain sesuai perjanjian sebelumnya.”
“Berarti semua bisa mendapat asuransi?” Tanya Andi kembali.
“Ya, semua orang bisa punya asuransi.” Jawab bu Puti lagi.
“Kalau begitu kenapa anak kecil yang sakit di TV tidak dapat asuransi? Kan semua bisa dapat asuransi.” Tukas Andi.
“Semua orang bisa mendapat asuransi, selama orang tersebut mendaftar terlebih dahulu pada perusahaan asuransi.”
Bu Puti memperhatikan sekeliling kelas, saat ini bukan hanya Andi yang memperhatikannya. Namun, seluruh kelas sedang menatapnya menunggu jawaban. Berita di TV itu memang ramai di bicarakan di Sekolah, jadi wajar jika semua siswa juga ingin tahu jawabannya seperti Andi.
” Asuransi itu ada berbagai macam.” Bu puti mencoba menjelaskan. “Ada asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kecelakaan ataupun asuransi khusus yang dibuat secara khusus peruntukannya sesuai dengan perjanjian. Umumnya kita harus mendaftar dahulu pada perusahaan asuransi dan MENABUNG sesuai kemampuan kita. TABUNGAN ini bisa untuk asuransi perlindungan kesehatan misalnya, dengan MENABUNG setiap bulan atau setiap tahun dengan jumlah tertentu sesuai perjanjian. MANFAATNYA adalah, apabila kita mengalami resiko kehidupan seperti sakit atau mengalami masalah kesehatan yang serius lainnya. Maka, pihak asuransi yang akan membayar biaya pengobatannya.” Bu Puti diam sejenak, mencoba semudah mungkin penjelasannya bisa di serap oleh murid-muridnya.
“Jadi kalau Andi ingin ikut asuransi kesehatan, Andi harus daftar dahulu dan menabung setiap bulan. Nanti kalau sakit, asuransi yang akan membayar biaya pengobatannya. Jadi kita tidak perlu pusing atau takut sakit sedang tidak ada uang, karena asuransi yang akan mengurusnya sesuai dengan perjanjian.” Sambung bu Puti.
“Tapi kalau Andi tidak pernah sakit, uangnya bagaimana? Kan rugi tiap bulan bayar iuran asuransi?” Andi kembali bertanya, mencoba membayangkan dia ikut asuransi dan membayar iuran setiap bulan tapi tidak pernah sakit.
“Namanya Juga TABUNGAN. Jadi kalau dalam jangka waktu 10 tahun atau sampai kita meninggal tidak pernah sakit, uangnya akan akan menjadi Uang PENSIUN dikala kita sudah TUA. Jadi tidak hilang.” Bu puti senang penjelasannya mendapat respon yang baik dari Andi.
“Terus kenapa yang sakit di TV tidak dapat asuransi? Apa dia tidak ikut asuransi?” Kali ini yang bertanya Mita, teman Andi yang lain yang juga ikut memperhatikan penjelasan gurunya.
“Untuk kasus anak di TV itu lain lagi kasus-nya. Asuransi yang dimaksud adalah asuransi gratis yang preminya di bayarkan oleh pemerintah. Jadi selain asuransi yang dikelola oleh perusahaan asuransi, ada juga asuransi yang di kelola oleh pemerintah. Contohnya asuransi jaminan kesehatan masyarakat bagi orang kurang mampu, seperti yang di bicarakan di TV.” Bu Puti mencoba merangkai kata yang bisa dengan mudah dicerna murid-muridnya.
“Kalau asuransi kesehatan pada umumnya, setoran TABUNGAN premi atau iuran asuransi kita sendiri yang bayar. Tapi kalau premi asuransi jaminan kesehatan masyarakat kurang mampu ini pemerintah yang bayar. Tapi, program asuransi jaminan kesehatan masyarakat kurang mampu ini hanya untuk orang yang kurang mampu atau orang miskin. Kalau kelas menengah atau orang kaya tidak bisa ikut program pemerintah ini, mengajukan-nya harus mempunyai beberapa persyaratan sesuai dengan yang di tentukan. Persyaratan inilah yang belum di penuhi oleh orang tua anak kecil di TV tersebut hingga biaya pengobatannya masih harus di tanggung sendiri oleh orang tuanya, padahal mereka termasuk orang kurang mampu.” BU Puti menghela napas setelah menjelaskan.
“Kita doakan saja agar persyaratan program asuransi jaminan kesehatan masyarakat ini segera dipenuhi oleh orang tua anak kecil tersebut, hingga biaya anak kecil tadi bisa gratis dan di tanggung pemerintah.” Saran bu Puti yang segera di aminkan oleh murid-muridnya.
“Aamiin!” Seru semuanya.
“Kalau kita bisa tidak dapat gratis dari asuransi pemerintah juga?” Tanya Andi yang semakin penasaran tentang asuransi.
“Bisa kalau kita memang berhak, yaitu kalau termasuk kurang mampu. Kan ada syaratnya kalau di masukan yang kurang mampu. Tapi kalau sudah di anggap mampu, ya harus ikut asuransi pada perusahaan asuransi dan menabung sendiri. Bagaimanapun sebaiknya kita bisa ikut asuransi sendiri, jadi bila ada sesuatu perusahaan asuransi yang bayar.” Sambung bu Puti. “Asuransi itu jaminan kita.” lanjutnya.
Anak-anak nampak diam, beberapa sibuk dengan pikiran masing-masing. Andi juga hanya diam setengah melamun, hanya Mita yang menatap tajam bu Puti. Ada sesuatu yang ingin dia ungkapkan.
“Bu, tapi ada juga yang kecelakaan di beri asuransi oleh pemerintah. Seperti kecelakaan pesawat jatuh dulu, padahalkan mereka tidak ikut asuransi dan tidak sakit?” Mita mengungkapkan isi pikirannya.
“Ya, namun sebetulnya bukan pemerintah secara langsung yang bayar. Tapi pihak asuransi, karena asuransi kecelakaan kendaraan umum itu tidak harus kita mendaftar sebagai peserta asuransi tertentu. Tapi ada juga aturan pemerintah yang mengharuskan perusahaan asuransi tertentu membayarkan tanggungan bila terjadi kecelakaan angkutan umum, walaupun kita tidak terdaftar resmi di asuransi tersebut.”
“Sebetulnya kita membayar premi juga walau secara tidak langsung, contohnya saat kita beli tiket pesawat atau kereta api. Didalamnya sudah termasuk premi asuransi kecelakaan angkutan umum, jadi jika terjadi kecelakaan pesawat, kereta api dll. Perusahaan asuransi yang di tunjuk pemerintah itu akan membayar tanggungan.” Bu Puti diam sejenak. “Tapi harus di ingat tidak semua kecelakaan di tanggung asuransi yang pemerintah tunjuk, untuk itulah pentingnya kita ikut program asuransi.”
“Memang perusahaan asuransi banyak ya bu?” Mita kembali bertanya.
“Ya, perusahan asuransi cukup banyak. Salah satunya perusahaan asuransi Generali Indonesia, program asuransi juga banyak. Seperti yang sudah ibu jelaskan.” Bu Puti menatap Mita. ‘Kamu ingat apa saja program asuransi?” tanya bu Puti pada Mita.
“Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Jiwa. Terus ada juga asuransi kesehatan pemerintah sama asuransi kecelakaan angkutan umum yang ditunjuk pemerintah” jawab Mita lancar. Rupanya Mita memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan mampu mengingat penjelasan bu Puti.
“Benar, ada lagi yang mau ditanyakan tentang asuransi?” Bu Puti memandang berkeliling. “Kalau tidak ada kita kembali lagi pada pelajaran kita.” Bu Puti menatap Andi yang mengangguk, 30 menit memang terbuang. Namun sepertinya waktu tidak terbuang dengan sia-sia dan bermanfaat bagi murid-muridnya.
“Ayo tulis lagi!” Ajak bu Puti sambil kembali menghadap papan tulis.
Andi segera mengambil pen dan mulai menulis dengan semangat, tidak ada lagi pikiran bercabang di benaknya. “Aku akan minta ayah untuk ikut asuransi kesehatan.” pikir Andi sambil mulai menulis.
Ya, semua pertanyaan itu masih tersimpan dalam benak Andi. Anak usia 8 tahun, berulang dan terus berulang sejak dia menyaksikan tayangan berita TV. Pertanyaan yang dia ajukan pada ibunya tidak cukup memberinya jawaban.
Berita di TV itu memang cukup membuatnya berpikir, seorang anak seusianya harus dirawat di Rumah Sakit karena tidak bisa berjalan. Sakit kuning, liver, ginjalnya rusak, itu kata ibu Andi saat Andi bertanya tentang sakitnya anak tersebut. Anak itu hanya bisa terbaring dengan banyak selang menempel di tubuhnya, peralatan medis terus berada di sampingnya. Cuci darah, itu yang di katakan oleh orang di TV. Andi sendiri tidak tahu apa benar darah bisa di cuci, tapi kata ibunya itu sangatlah mahal. Namun dengan asuransi, biaya Rumah Sakit bisa di bebaskan. Pernyataan ini yang menjadi sumber keingin-tahuannya.
Ruang kelas itu sunyi, guru Bahasa Indonesia sedang menuliskan catatannya di papan tulis. Andi yang masih penasaran sama sekali tidak bisa fokus pada pelajaranya, tiba-tiba dia bertanya memecahkan kesunyian kelas.
“Bu guru” Andi berteriak sambil mengangkat tangan mencari perhatian.
Seketika bu Puti yang sedang menulis menoleh kebelakang, mencari sumber suara dan menemukan acungan tangan Andi.
“Ada apa?” Tanya bu Puti sambil berbalik.
“Apa asuransi itu?” Andi balik bertanya.
“Maksudnya?” Bu Puti mencoba menyimak pertanyaan Andi, ini bukan bahasan pelajaran kali ini yang sedang membahas kosa kata.
“Apa asuransi itu?” Ulang Andi. “Katanya biaya Rumah Sakit bisa bebas dengan asuransi.” lanjutnya.
Bu Puti yang tadi masih sedikit ragu dengan pertanyaan muridnya, sekarang sepenuhnya menyimak pertanyaan Andi. Sejenak dia berpikir, akankah menjawab pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Namun keingin-tahuan muridnya harus terjawab dengan benar.
“Asuransi itu jaminan kita” jawab bu Puti. “Asuransi itu menjamin kita saat kita sakit, kecelakaan, meninggal dunia dan lain-lain sesuai perjanjian sebelumnya.”
“Berarti semua bisa mendapat asuransi?” Tanya Andi kembali.
“Ya, semua orang bisa punya asuransi.” Jawab bu Puti lagi.
“Kalau begitu kenapa anak kecil yang sakit di TV tidak dapat asuransi? Kan semua bisa dapat asuransi.” Tukas Andi.
“Semua orang bisa mendapat asuransi, selama orang tersebut mendaftar terlebih dahulu pada perusahaan asuransi.”
Bu Puti memperhatikan sekeliling kelas, saat ini bukan hanya Andi yang memperhatikannya. Namun, seluruh kelas sedang menatapnya menunggu jawaban. Berita di TV itu memang ramai di bicarakan di Sekolah, jadi wajar jika semua siswa juga ingin tahu jawabannya seperti Andi.
” Asuransi itu ada berbagai macam.” Bu puti mencoba menjelaskan. “Ada asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kecelakaan ataupun asuransi khusus yang dibuat secara khusus peruntukannya sesuai dengan perjanjian. Umumnya kita harus mendaftar dahulu pada perusahaan asuransi dan MENABUNG sesuai kemampuan kita. TABUNGAN ini bisa untuk asuransi perlindungan kesehatan misalnya, dengan MENABUNG setiap bulan atau setiap tahun dengan jumlah tertentu sesuai perjanjian. MANFAATNYA adalah, apabila kita mengalami resiko kehidupan seperti sakit atau mengalami masalah kesehatan yang serius lainnya. Maka, pihak asuransi yang akan membayar biaya pengobatannya.” Bu Puti diam sejenak, mencoba semudah mungkin penjelasannya bisa di serap oleh murid-muridnya.
“Jadi kalau Andi ingin ikut asuransi kesehatan, Andi harus daftar dahulu dan menabung setiap bulan. Nanti kalau sakit, asuransi yang akan membayar biaya pengobatannya. Jadi kita tidak perlu pusing atau takut sakit sedang tidak ada uang, karena asuransi yang akan mengurusnya sesuai dengan perjanjian.” Sambung bu Puti.
“Tapi kalau Andi tidak pernah sakit, uangnya bagaimana? Kan rugi tiap bulan bayar iuran asuransi?” Andi kembali bertanya, mencoba membayangkan dia ikut asuransi dan membayar iuran setiap bulan tapi tidak pernah sakit.
“Namanya Juga TABUNGAN. Jadi kalau dalam jangka waktu 10 tahun atau sampai kita meninggal tidak pernah sakit, uangnya akan akan menjadi Uang PENSIUN dikala kita sudah TUA. Jadi tidak hilang.” Bu puti senang penjelasannya mendapat respon yang baik dari Andi.
“Terus kenapa yang sakit di TV tidak dapat asuransi? Apa dia tidak ikut asuransi?” Kali ini yang bertanya Mita, teman Andi yang lain yang juga ikut memperhatikan penjelasan gurunya.
“Untuk kasus anak di TV itu lain lagi kasus-nya. Asuransi yang dimaksud adalah asuransi gratis yang preminya di bayarkan oleh pemerintah. Jadi selain asuransi yang dikelola oleh perusahaan asuransi, ada juga asuransi yang di kelola oleh pemerintah. Contohnya asuransi jaminan kesehatan masyarakat bagi orang kurang mampu, seperti yang di bicarakan di TV.” Bu Puti mencoba merangkai kata yang bisa dengan mudah dicerna murid-muridnya.
“Kalau asuransi kesehatan pada umumnya, setoran TABUNGAN premi atau iuran asuransi kita sendiri yang bayar. Tapi kalau premi asuransi jaminan kesehatan masyarakat kurang mampu ini pemerintah yang bayar. Tapi, program asuransi jaminan kesehatan masyarakat kurang mampu ini hanya untuk orang yang kurang mampu atau orang miskin. Kalau kelas menengah atau orang kaya tidak bisa ikut program pemerintah ini, mengajukan-nya harus mempunyai beberapa persyaratan sesuai dengan yang di tentukan. Persyaratan inilah yang belum di penuhi oleh orang tua anak kecil di TV tersebut hingga biaya pengobatannya masih harus di tanggung sendiri oleh orang tuanya, padahal mereka termasuk orang kurang mampu.” BU Puti menghela napas setelah menjelaskan.
“Kita doakan saja agar persyaratan program asuransi jaminan kesehatan masyarakat ini segera dipenuhi oleh orang tua anak kecil tersebut, hingga biaya anak kecil tadi bisa gratis dan di tanggung pemerintah.” Saran bu Puti yang segera di aminkan oleh murid-muridnya.
“Aamiin!” Seru semuanya.
“Kalau kita bisa tidak dapat gratis dari asuransi pemerintah juga?” Tanya Andi yang semakin penasaran tentang asuransi.
“Bisa kalau kita memang berhak, yaitu kalau termasuk kurang mampu. Kan ada syaratnya kalau di masukan yang kurang mampu. Tapi kalau sudah di anggap mampu, ya harus ikut asuransi pada perusahaan asuransi dan menabung sendiri. Bagaimanapun sebaiknya kita bisa ikut asuransi sendiri, jadi bila ada sesuatu perusahaan asuransi yang bayar.” Sambung bu Puti. “Asuransi itu jaminan kita.” lanjutnya.
Anak-anak nampak diam, beberapa sibuk dengan pikiran masing-masing. Andi juga hanya diam setengah melamun, hanya Mita yang menatap tajam bu Puti. Ada sesuatu yang ingin dia ungkapkan.
“Bu, tapi ada juga yang kecelakaan di beri asuransi oleh pemerintah. Seperti kecelakaan pesawat jatuh dulu, padahalkan mereka tidak ikut asuransi dan tidak sakit?” Mita mengungkapkan isi pikirannya.
“Ya, namun sebetulnya bukan pemerintah secara langsung yang bayar. Tapi pihak asuransi, karena asuransi kecelakaan kendaraan umum itu tidak harus kita mendaftar sebagai peserta asuransi tertentu. Tapi ada juga aturan pemerintah yang mengharuskan perusahaan asuransi tertentu membayarkan tanggungan bila terjadi kecelakaan angkutan umum, walaupun kita tidak terdaftar resmi di asuransi tersebut.”
“Sebetulnya kita membayar premi juga walau secara tidak langsung, contohnya saat kita beli tiket pesawat atau kereta api. Didalamnya sudah termasuk premi asuransi kecelakaan angkutan umum, jadi jika terjadi kecelakaan pesawat, kereta api dll. Perusahaan asuransi yang di tunjuk pemerintah itu akan membayar tanggungan.” Bu Puti diam sejenak. “Tapi harus di ingat tidak semua kecelakaan di tanggung asuransi yang pemerintah tunjuk, untuk itulah pentingnya kita ikut program asuransi.”
“Memang perusahaan asuransi banyak ya bu?” Mita kembali bertanya.
“Ya, perusahan asuransi cukup banyak. Salah satunya perusahaan asuransi Generali Indonesia, program asuransi juga banyak. Seperti yang sudah ibu jelaskan.” Bu Puti menatap Mita. ‘Kamu ingat apa saja program asuransi?” tanya bu Puti pada Mita.
“Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Jiwa. Terus ada juga asuransi kesehatan pemerintah sama asuransi kecelakaan angkutan umum yang ditunjuk pemerintah” jawab Mita lancar. Rupanya Mita memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan mampu mengingat penjelasan bu Puti.
“Benar, ada lagi yang mau ditanyakan tentang asuransi?” Bu Puti memandang berkeliling. “Kalau tidak ada kita kembali lagi pada pelajaran kita.” Bu Puti menatap Andi yang mengangguk, 30 menit memang terbuang. Namun sepertinya waktu tidak terbuang dengan sia-sia dan bermanfaat bagi murid-muridnya.
“Ayo tulis lagi!” Ajak bu Puti sambil kembali menghadap papan tulis.
Andi segera mengambil pen dan mulai menulis dengan semangat, tidak ada lagi pikiran bercabang di benaknya. “Aku akan minta ayah untuk ikut asuransi kesehatan.” pikir Andi sambil mulai menulis.
Dari semasa kecil anak anak sudah diajarkan cara disiplin menabung .....
BalasHapusmenabung di BANK atau ASURANSI pak haha
Hapus